Yusuf menahan Benyamin sebagai tahanan
Yusuf menerima
saudara-saudaranya sebagai tamu selama tiga hari tiga malam. Setelah selesai
masa bertamu bersiap-siaplah mereka untuk pulang kembali ke negerinya, sesudah
karung-karung mereka diisi dengan penuh {gandum} dam bhn-bhn makanan lain yang mereka
perlukan.
Setelah berjabat tangan,
meminta diri dari Yusuf, bergeraklah kafilah mereka menuju pintu gerbang ke
luar kota. Tetapi sebelum kafilah sempat melewati batas kota, tiba-tiba
beberapa pengawal istana yang berkuda mengejar mereka dan memerintah agar
berhenti dan dilarang meneruskan perjalanan, sebelum diadakan pemeriksaan
terhadap barang-barang yang mereka bawa. Para pengawal mengatakan bahwa sebuah
piala gelas minum raja telah hilang dan mungkin salah seorang drp mereka yang
mencurinya.
Kafilah berhenti di
tempat dan dengan hairan berkatalah jurucakap mereka: "Demi Allah kami dtg
kemari bukannya untuk mengacau dan sgt tidak mungkin bahwa salah seorang drp
kami akan mencuri piala itu. Kami adalah putera-putera Ya'qub pesuruh Allah.
Kami sudah merasa berhutang budi kepada raja dan banyak berterimakasih atas
bantuan yang telah diberikan kepada kami. Masakan kami akan membalas kebaikan
hati raja dengan mencuri brg-brgnya? Namun untuk membenarkan kata-kata kami,
kami tidak berkeberatan karung-karung dan brg-brg kami dibongkar dan digeledah
sepuas-puasnya. Dan bila ternyata ada salah seorang drp kami yang kedapatan
piala itu di dalam kumpulan brg-brgnya, kami rela menyerahkannya kepada raja
untuk diberi ganjaran yang setimpal."
Penggeledahan dilakukan
oleh para pengawal, brg-brg serta karung-karung diturunkan dari atas punggung
unta, dibongkar dan diperiksa. Sejurus kemudian berteriaklah salah seorang
pengawal dengan memegang piala di tangannya seraya berkata: "Inilah dia piala
yang hilang."
Para anggota rombongan
terkejut, mengangakan mulut, sambil memandang satu dengan yang lain
kehairan-hairanan, seakan-akan masing-masing bertanya di dalam diri sendiri,
gerangan musibah apakah yang menimpa mereka ini? sgt berat bahkan tidak mungkin,
mereka akanpercaya bahwa salah seorang dari rombongan bersaudara itu melakukan
perbuatan yang akan mencemarkan nama baik mereka. Namun yang mereka saksikan
dengan mata kepalanya masing-masing tidak dpt dimungkiri dan ditolak
kebenarannya.
Bertanya pemimpin
rombongan kepada pengawal, dari mana mereka dptkan piala itu. Mereka menujukan
kepada salah satu bagasi, yang ternyata bahwa bagasi itu adalah kepunyaan adik
bongsu mereka Benyamin. MAka sesuai dengan persetujuan yang telah disepakati,
ditahanlah Benyamin dan tidak diizinkan menyertai rombongan itu pulang.
Pada masa itu
terbayanglah dihadapan mereka wajah Ya'qub ayah mereka, yang sedang buta dan
mengidap penyakit karena tidak henti-hentinya mengenangkan dan mengingati
Yusuf. Ayah yang dengan susah payah dan dengan rasa berat melepaskan Benyamin
menyertai mereka ke Mesir karena khuatir berulangnya kembali tragedi Yusuf akan
dialami oleh adik bongsunya Benyamin. Bagaimana harus mereka hadapi ayah mereka
yang telah diberikan janji yang teguh atas nama Allah akan membawa Benyamin
kembali? Dan apakah akan percaya ayah mereka bial diberitahu bahwa Benyamin
telah ditahan di Mesir karena mencuri piala raja? Tidakkah berita itu kelak
akan menjadikan penyakit ayah mereka makin parah, bahkan mungkin akan
membinasakannya dan mengakhiri hayatnya?
Selagi pertanya-pertanya
itu berputar di dalam fikiran abg-abgnya, Benyamin termenung seorang diri,
tidak berkata sepakat kata pun. Ia ternganga kehairanan, bagaimana piala itu
boleh didpti di dalam bagasinya. PAdahal ia sesekali tidak merasa menyentuhnya.
Ia ingin menolak tuduhan dan menyangkal dakwaan terhadap dirinya, namun akan
merasa sia-sia belaka, bahkan akan menambah menjengkelkan para pengawak yang
telah mengeluarkan piala dari bagasinya sebagai bukti yang nyata yang tidak dpt
dibantah. Ia hanya berpasrah kepada Allah Yang Mengetahui bahwa ia bersih dari
tuduhan mencuri.
Anggota rombongan
ramai-ramai mendatangi Yusuf, memohon kebijaksanaannya agar menerima salah
seorang drp mereka untuk menggantikan Benyamin sebagai tahanan. Berkata mereka:
"Wahai Paduka Tuan! kami sedar bahwa adik bongsu kami bersalah dan kami
tidak dpt memungkiri kenyataan yang telah kami saksikan dengan mata kepala kami
ketika piala diketemukan di dalam bagasinya. Akan tetapi memohon kebijaksanaan
dan belas kasihan Tuan agar adik kami Benyamin meninggalkan Mesir dan sebagai
gantinya Paduka Tuan dpt menuju salah seorang drp kami sebagai tahanan. Sebab
bila rombongan kami tiba di tempat tanpa Benyamin, hal itu akan sgt menyedihkan
ayah kami, bahkan mungkin dpt membinasakan jiwanya. Ayah kami yang sudah lanjut
usia, hampir mencapai satu abad, berada dalam keadaan sakit, sejak kehinagan
putera kesayangannya Yusuf. Adalah adik kami Benyamin ini yang menjadi
penghibur hatinya yang dirundung duka dan sedih sepanjang hayatnya. Ia bahkan
tidak mengizinkan kami membawanya kemari kalau tidak karena terpaksa telah
berkurangnya persediaan gandum di rumah. Maka sangat kami harapkan belas
kasihan Paduka Tuan kepada ayah kami dengan melepaskan Benyamin dan menahan
salah seorang daripada kami sebagai gantinya."
Yusuf menolong
permohonan abg-abgnya dan berpegang teguh pada persepakatan yang telah sama
dipersetujui, bahwa brg siapa kedapatan piala di dalam bagasinya akan ditahan,
apa lagi menurut syariat Nabi Ya'qub bahwa brg siapa yang mencuri maka
hukumannya ialah si pencuri dijadikan hamba satu tahun lamanya.
Dalam permusyawaratan
yang telah dilakukan oleh abg-abg Yusuf telah gagal memperoleh persetujuannya
melepaskan Benyamin dari tahanan, berkatalah Yahudza, saudara tertua di antara mereka:
"Aku tidak mempunyai muka untuk mengadap ayah tanpa Benyamin. Kami telah
mendurhakai ayah dengan melemparkan Yusuf ke dalam perigi sehinggakan menjadi
ayah menderita sepanjang hayat dan kini akan menambahkan lagi penderitaan ayah
dengan meninggalkan Benyamin seorang diri disini tanpa kami mengetahui nasib
apa yang akan dialaminya sedang kami talah berjanji dan bersumpah akan
membawanya kembali jika apa pun yang akan kami hadapi untuk menjaga
keselamatannya. Karenanya aku akan tinggal disini buat sementara dan tidak akan
pulang ke rumah sebelum ayah memanggilku dan mengizinkanku kembali. Pergilah
kamu segera pulang kembali dan ceritakanlah kepada ayah apa yang telah terjadi
dengan sebenarnya dan bila ayah tidak mempercayaimu, disebabkan pengalamannya
dengan Yusuf, maka biarlah ia menanya kepada kafilah-kafilah dan orang -orang
yang telah menyaksikan peristiwa penggeledahan dengan mata kepala mereka
sendiri di tempat kami ditahan.
Berangkatlah kafilah
Ya'qub kembali ke tanah airnya dengan hanya terdiri dari sembilan orang,
meninggalkan di belakang mereka abg sulungnya Yahudza dan adik bongsunya
Benyamin. Setiba mereka di rumah hanya dengan sembilan orang dan menghadap
ayahnya menceritakan apa yang telah terjadi pada diri Benyamin dan Yahudza.
Nabi Ya'qub berkata seraya berpaling drp mereka dan mengusap dada: "Oh
alangkah sedihnya hatiku karena hilangnya Yusuf yang masih terbayang wajahnya
di depan mataku. Kini kamu tambah lagi penderitaanku dengan meninggalkan
Benyamin di negeri orang untuk kedua kalinya kamu melanggar janjimu dan
sumpahmu sendiri dan untuk kedua kalinya aku kehilangan putera yang sgt aku
sayangi dan hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan itu. Semoga
Allah memberi kesabaran kepadaku dan mempertemukan ku kembali dengan
anak-anakku semuanya."
Berkata putera-puteranya
menjawab: "Wahai ayah! Demi Allah engkau akan mengidap penyakit yang berat
dan akan binasalah engkau bila engkau terus menerus mengenangkan Yusuf dan
tidak berusaha menghilangkan bayangannya dari fikiranmu."
Menjawab teguran
putera-puteranya itu berucaplah Ya'qub: "Sesungguhnya hanya kepada Allah
aku mengadukan nasibku, kesusahan dan kesedihanku. Aku mengetahui dari Allah
apa yang kamu tidak mengetahuinya."
Kemudian , mengenai diri
Benyamin yang ditahan oleh pengawal-pengawal kerajaan, maka sepeninggalan
abg-abgnya, oleh Yusuf diberitahu bahwa piala raja yang terdapat di dalam
bagasinya, adalah perbuatan pengawal-pengawalnya yang memang sengaja diperintah
oleh beliau untuk diisikan ke dalam bagasi Benyamin itu dengan maksud
menahannya tinggal bersamanya di dalam istana. Ia membesarkan hati adiknya
dengan meramalkan bahwa akan tiba kelak suatu saat di mana ia dengan adiknya
dan seluruh keluarga akan bertemu dan berkumpul kembali.
Bacalah tentang isi cerita di atas ayat 70 sehingga 86 dari surah
"Yusuf" yang bermaksud :
"Maka tatkala telah disiapkan untuk mereka bhn makanan mereka,
Yusuf memasukkan piala tempat minum ke dalam karung saudaranya. kemudian
berteriaklah seseorang yang menyerukan: "Hai kafilah, sesungguhnya kamu
adalah orang-orang yang mencuri".
Mereka menjawab sambil menghadap kepada penyeru-penyeru itu:
"Brg apakah yang hilang drp kamu?"
Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan
siapa yang dpt mengembalikannya akan memperoleh bhn makanan {seberat} beban
unta, dan aku menjamin terhadapnya."
Saudara-saudara Yusuf menjawab: "Demi Allah sesungguhnya kamu
mengetahui bahwa kami dtg bukan untuk membuat kerusakkan di negeri {ini} dan
kami bukanlah orang-orang mencuri".
Mereka berkata: "Tetapi apakah balasan jikalau kamu
betul-betul pendusta?"
Mereka menjawab: "Balasannya ialah pada siapa ditemukan {brg
yang hilang} dalam karungnya, maka dia sendirilah balasannya". Demikianlah
kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang zalim.
Maka mulailah Yusuf memeriksa karung-karung mereka sebelum
{memeriksa} karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu
dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk {mencapai} maksud Yusuf.
Tiadalah patut Yusuf mneghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali
Allah menghendakinya. Kami tinggikan darjat orang yang Kami kehendaki, dan
diatas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui
Mereka berkata: "Jika ia mencuri maka sesungguhnya telah
pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu". Maka Yusuf menyembunyikan
kejengkelan itu pada dirinya dan tidak menampakkannya kepada mereka. Dia
berkata: "{Dalam hatinya} kamu lebih buruk kedudukanmu {sifat-sifatmu} dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan itu".
Mereka berkata: "Wahai Al-Aziz! Sesungguhnya ia mempunyai
ayah yang sudah lanjut usianya, lantaran itu ambil salah seorang drp kami
sebagai gantinya. Sesungguhnya kami melihat kamu termasuk orang-orang yang
berbuat baik".
Berkata Yusuf: "Aku mohon perlindungan Allah drp menahan
seorang kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami padanya, jika kami
berbuat demikian, maka benar-benarlah kami, orang-orang yang zalim".
Maka tatkala mereka berputus asa drp {keputusan} Yusuf, mereka
menyendiri sambil berunding dengan berbisik-bisik. Berkatalah yang tertua di
antara mereka: "Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya ayahmu telah
mengambil janji drp kami dengan nama Allah dan sebelum itu kamu telah
mensia-siakan Yusuf. Sebab itu aku tidak akan meninggalkan negeri Mesir, sampai
ayahku mengizinkan kepadaku. Dan Dia adalah hakim sebaik-baiknya".
"Kembalilah kepada ayahmu dan berkatalah: " Wahai ayah
kami! Sesungguhnya anak kamu telah mencuri dan kami hanya menyatakan apa yang
kami ketahui dan sesekali tidak dapat menjaga {mengetahui} barang yang ghaib.
Dan tanyalah penduduk negeri yang kami berada di situ dan kafilah
yang kami datang bersamanya dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
benar".
Ya'qub berkata: "Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik
perbuatan {yang buruk itu}. Maka kesabaran yang baik itulah {kesabaranku}.
Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semua kepadaku sesungguhnya Dialah Yang
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana'.
Dan Ya'qub berpaling dari mereka {anak-anaknya} seraya berkata:
"Aduhai dukacitaku terhadap Yusuf. Dan kedua matanya menjadi putih karena
kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya {terhadap
anak-anaknya}.
Mereka berkata: "Demi Allah, senantiasa kamu mengingati
Yusuf, sehingga kamu mengidap penyakit yang berat atau termasuk orang-orang
yang binasa".
Ya'qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku
mengadu kesusahan dan kesedihan hatiku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang
kamu tidak mengetahuinya".
{Yusuf : 70 ~ 86 }
Pertemuan kembali keluarga Ya'ub
Sejak kembalinya kafilah
putera-puteranya dari Mesir tanpa Benyamin dan Yahudza, maka duka nestapa dan
kesedihan Ya'qub makin mendalam dan menyayat hati. Ia tidak merasakan tidur
bermalam-malam, mengenangkan ketiga puteranya yang tidak berketentuan tenpat
dan nasibnya. Ia hanya terasa terhibur bial ia sedang menghadap kepada Allah,
bersolat, bersujud seraya memohon kepada Allah agar mengurniainya kesabaran dan
keteguhan iman menghadapi ujian dan percubaan yang sedang ia alami.
Ia kadangkala berkhalwat
seorang diri melepaskan air matanya bercucuran sebebas-bebasnya untuk melegakan
dadanya yang sesak.
Fizikal Nabi Ya'qub
makin hari makin menjadi lemah, tubuhnya makin kurus hungga tunggal kulit
melekat pada tulang, ditambah pula dengan kebutaan matanya yang menjadi putih.
Hal mana menjadikan putera-puteranya khuatir terhadap kelangsungan hidupnya. Mereka
menegurnya dengan mengatakan: "Wahai ayah! Ayah adalah seorang Nabi dan
pesuruh Allah yang drp-Nya wahyu diturunkan dan drpnya kami mendpt tuntutan dan
ajaran beriman. Sampai bilakah ayah bersedih hati dan mencucurkan air mata
mengenangkan Yusuf dan Benyamin. Tidak cukupkah sudah bahwa banda ayah hanya
tinggal kulit di atas tulang dan mata ayah menjadi buta? Kami sgt khuatir bahwa
ayah akan menjadi binasa bila tidak menyedarkan diri dan berhenti mengenangkan
Yusuf dan Benyamin".
Ya'qub menjawab teguran
putera-puteranya itu mengatakan: "Kata-kata teguranmu bahkan menambahkan
kesedihan hatiku dan bahkan membangkitkan kembali kenangan-kenanganku pada masa
yang lalu, di mana semua anak-anak ku berkumpul di depan mataku. Aku
berkeyakinan bahwa Yusuf masih hidup dan suara hatiku membisikkan kepadaku
bahwa ia masih berkeliaran di atas bumi Allah ini, namun di mana ia berada dan
nasib apa yang ia alami, hanya Allahlah yang mengetahuinya. Bila kamu benar-benar
sayang kepadaku dan ingin melegakan hatiku serta menghilangkan rasa sedih dan
dukacitaku, pergilah kamu merantau mencari jejak Yusuf dan berusahalah sampai
menemuinya dan setidak-tidaknya mendapat keterangan di mana ia berada sekarang
dan jangan sesekali berputus asa karena hanya orang-orang kafirlah yang
berputus asa dari rahmat Allah".
Seruan Ya'qub
dipertimbangkan oleh putera-puteranya dan diterimanyalah saranannya,
setidak-tidaknya ia sekadar membesarkan hati si ayah dan meredakan rasa
penderitaannya yang berlarut-larutan. Dan sekali pun mereka merasa tidak
mungkin mendapat Yusuf dalam keadaan hidup, namun bila mereka berhasil memujuk
penguasa Mesir mengembalikan Benyamin, maka hal itu sudah cukup merupakan
penghibur bagi ayah mereka serta ubat yang dpt meringankan rasa sakit hatinya.
Racangan perjalanan
dirundingkan dan terpilihlah Mesir sebagai tujuan pertama dari perjalanan mereka
mencari jejak Yusuf sesuai dengan seruan Ya'qub dengan maksud sampingan ialah
membeli gandum untuk mengisi persediaan yang sudah berkurang.
Tibalah kafilah
putera-putera Ya'qub di Mesir untuk ketiga kalinya dan dalam pertemuan mereka
dengan Yusuf, wakil raja Mesir yang berkuasa, berkatalah jurucakap mereka:
"Wahai Paduka Tuan! Keadaan hidup yang sukar dan melarat di negeri kami
yang disebabkan oleh krisis bhn makanan yang belum teratasi memaksa kami dtg
kembali untuk ketiga kalinya mengharapkan bantuan dan murah hati paduka tuan,
kedatangan kami kali ini juga untuk mengulang permohonan kami kepada paduka
tuan dptlah kiranya adik bongsu kami Benyamin dilepaskan untuk kami bawa
kembali kepada ayahnya yang sudah buta kurus kering dan sakit0sakit sejak
Yusuf, abang Benyamin hilang. Kami sgt mengharapkan kebijaksanaan paduka tuan
agar melepaskan permohonan kami ini, kalau-kalau dengan kembalinya Benyamin
kepada pangkuan ayahnya dpt meringankan penderitaan batinnya serta memulihkan
kembali kesihatan badannya yang hanya tinggal kulit melekat pada
tulangnya."
Kata-kata yang diucapkan
oleh abg-abgnya menimbulkan rasa haru pd diri Yusuf dan tepat mengenai sasaran
di lubuk hatinya, menjadikan ia merasakan bahwa masanya telah tiba untuk
mengenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya dan dengan demikian akan dapat
mengakhiri penderitaan ayahnya yang malang itu. Berucaplah Yusuf kepada
saudara-saudaranya secara mengejek: "Masih ingatkah kamu apa yang telah
kamu lakukan terhadap adikmu Yusuf, tatkala kamu memperturutkan hawa nafsu
melemparkannya ke dalam perigi di suatu tempat yang terpencil? Dan masih
teringatkah olehmu tatkala seorang drpmu memegang Yusuf dengan tangannya yang
kuat, menanggalkan pakaiannya daritubuhnya lalu dalam keadaan telanjang bulat
ditinggalkannyalah ia seorang diri di dalam perigi yang gelap dan kering itu,
lalu tanpa menghiraukan ratap tangisnya, kamu kembali pulang ke rumah dengan rasa
puas seakan-akan kamu telah membuang sebuah benda atau seekor binatang yang
tidak patut dikasihani dan dihiraukan nasibnya?"
Mendengar kata-kata yang
diucapkan oleh wakil raja Mesir itu, tercenganglah para saudara Yusuf,
bertanya-tanya kepada diri sendiri masing-masing, seraya mamandang antara satu
dengan yang lain, bagaimana peristiwa itu sampai diketahuinya secara
terperinci, padahal tidak seorang pun drp mereka pernah membocorkan berita
peristiwa itu kepada orang lain, juga kepada Benyamin pun yang sedang berada di
dalam istana raja. Kemudian masing-masing dari mereka menyorotkan matanya,
mulutmya dan seluruh tubuhnya dari kepala sampailah ke kaki. Dicarinya
ciri-ciri khas yang mereka ketahui berada pada tubuh Yusuf semasa kecilnya.
Lalu berbisik-bisiklah mereka dan sejurus kemudian keluarlah dari mulut mereka
secara serentak suara teriakan : "Engkaulah Yusuf".
"Benar",Yusuf
menjawab, "Akulah Yusuf dan ini adalah adikku setunggal ayah dan ibu,
Benyamin. Allah dengan rahmat-Nya telah mengakhiri segala penderitaanku dan
segala ujian berat yang telah aku alami dan dengan rahmat-Nya pula kami telah
dikurniai nikmat rezeki yang melimpah ruah dan penghidupan yang sejahtera.
Demikianlah barangsiapa yang bersabar, bertaqwa serta bertawakkal tidaklah akan
luput dari pahala dan ganjarannya."
Setelah mendengar
pengakuan Yusuf, berubahlah wajah mereka menjadi pucat. Terbayang di depan mata
mereka apa yang mereka perbuat terhadap diri adik mereka Yusuf yang berada di
depan mereka sebagai wakil raja Mesir yang berkuaa penuh. Mereka gelisah tidak
dpt membayangkan pembalasan apa yang akan mereka terima dari Yusuf atas dosa
mereka itu.
Berkatalah
saudara-saudara Yusuf dengan nada yang rendah: "Sesungguhnya kami telah
berdosa terhadap dirimu dan bertindak kejam ketika kami melemparkan kamu ke
dasar telaga. Kami lakukan perbuatan kejam itu, terdorong oleh hawa nafsu dan
bisikan syaitan yang terkutuk. Kami sgt sesalkan peristiwa yang terjadi itu
yang berakibat penderitaan bagimu dan bagi ayah kami.Akan tetapi kini nampak
kepada kami kelebihanmu di atas diri kami dan bagaiman Allah telah mengurniakan
nikmat-Nya kepadamu sebagai ganti penderitaan yang disebabkan oleh perbuatan
kami yang durhaka terhadap dirimu. Maka terserah kepadamu untuk tindakan
pembalasan apakah yang akan engkau timpakan di atas diri kami yang telah
berdosa dan mendurhakaimu".
Berucaplah Yusuf
menenteramkan hati saudara-saudaranya yang sedang ketakutan: "Tidak ada
manfaatnya menyesalkan apa yang telah terjadi dan menggugat kejadian-kejadian
yang telah lalu. Cukuplah sudah bila itu semua menjadi pengajaran bahwa
mengikuti hawa nafsu dan suara syaitan selalu akan membawa penderitaan dan
mengakibatkan kebinasaan di dunia dan di akhirat. Mudah-mudahan Allah
mengampuni segala dosamu, karena Dialah Yang Maha Penyayang serta Maha
Pengampun. Pergilah kamu sekarang juga kembali kepada ayah dengan membawa baju
kemejaku ini. Usapkanlak ia pada kedua belah matanya yang insya-Allh akan
menjadi terang kembali, kemudian bawalah ia bersama semua keluarga ke sini
secepat mungkin."
Maka bertolaklah kafilah
putera-putera Ya'qub dengan diliputi rasa haru bercampur gembira, kembali
menuju ke Palestin membawa berita gembira bagi ayah mereka yang sedang menanti
hasil usaha pencarian Yusuf yang disarankannya. Dan selagi kafilah sudah
mendekati akhir perjalanannya dan hampir memasuki Palestin ayah mereka Nabi
Ya'qub memperoleh firasat bahwa pertemuan dengan Yusuf, putera kesayangannya
sudah berada di ambang pintu. Firasat itu diperolehnya sewaktu ia berkhalwat
seorang diri di mihrab tempat ibadahnya bermunajat kepada Allah, berzikir dan
bersujud seraya melepaskan air matanya bercucuran dan suara tangisnya menggema
di seluruh sudut rumah, sekonyong-konyong suara tangisnya berbalik menjadi
gelak ketawa, air matanya berhenti bercucuran dan keluarlah ia dari mihrabnya
berteriak: "Aku telah mencium bau tubuh Yusuf dan aku yakin bahwa aku akan
menemuinya dalam waktu dekat. Ini bukan khayalan dan bukannya pula bawaan
kelemahan ingatan yang selalu kamu tuduhkan kepadaku."
Sejurus kemudian
berhentilah kafilah di depan pintu rumah turunlah putera-putera Ya'qub dari
atas unta masing-masing, beramai-ramai masuk ke dalam rumah dan berpeluknyalah
ayah sambil mengusapkan baju kemeja Yusuf pada kedua belah matanya. Seketika
itu pula terbuka lebarlah kedua belah mata Ya'qub, bersinar kembali memandang
wajah putera-puteranya dan mendengar kisah perjalanan putera-puteranya dan
bagaimana mereka telah menemukan Yusuf bersama adiknya Benyamin. Disampaikan
pula kepada ayah seruan dan undangan Yusuf agar semua sekeluarga berhijrah ke
Mesir dan bergabung menjadi satu di dalam istananya. Dan segera
berkemas-kemaslah Ya'qub sekeluarga menyiapkan diri untuk berhijrah ke Mesir.
Dirangkulnyalah si ayah
oleh Yusuf seraya mencucurkan air mata setiba Ya'qub di halaman istana bersama
seluruh keluarga. Demikian pula ayah tidak ketinggalan mencucurkan air mata,
namun kali ini adalah air mata suka dan gembira. Semuanya pada merebahkan diri
bersujud sebagai tanda syukur kepada Allah serta penghormatan bagi Yusuf,
kemudian dinaikkannyalah ayah dan ibu tirinya yang juga saudara ibunya ke atas
sigahsana seraya berkata: "Wahai ayahku! Inilah dia takbir mimpiku yang
dahulu itu, menjadi kenyataan. Dan tidak kurang-kurang rahmat dan kurniaan
Allah kepadaku yang telah mengangkatku dari dalam perigi, mengeluarkan aku dari
penjara dan mempertemukan kami semua setelah syaitan telah merusakkan
perhubungan persaudaraan antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Allah
Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki dan sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana".Kemudian Yusuf mengangkat kedua tangannya
berdoa: "Ya Tuhanku! Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian
kerajaan dan mengajarkan kepadaku pengentahuan serta kepandaian mentakbir mimpi.
Ya Tuhanku Pencipta langit dan bumi! Engkaulah pelindungku di dunia dan di
akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam, beriman dan bertakwa dan
gabungkanlah aku dengan orang-orang yang soleh."
Bacalah ayat 87 sehingga 101 dari surah "Yusuf", tentang
isi cerita di atas sebagai berikut :~
"Berkatalah Ya'qub: " Hai anak-anakku, pergilah kamu
maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan
kamu kafir."
Maka ketika mereka masuk ke {Tempat} Yusuf, mereka berkata :
"Hai Al-Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami
datang membawa barang-barang yang tidak berharga, maka sempurnakanlah sukatan
untuk kami dan bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya Allah memberi balasan
kepada orang-orang yang bersedekah."
Yusuf berkata: "Apakah kamu mengetahui {keburukan} apa yang
kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya ketika kamu tidak mengetahui
{akibat} perbuatanmu itu?"
Mereka berkata: "Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?"
Yusuf menjawab: "Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah
melimpahkan kurnia-Nya kepada kami". Sesungguhnya barangsiapa yang
bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak mensia-siakan pahala
orang-orang yang berbuat baik".
Mereka berkata: "Demi Allah, sesungguhnya Allah telah
melebihkankamu atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah
{berdosa}".
Dia {Yusuf} berkata: "Pada hari ini tidak ada cercaan
terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni {kamu} dan Dia adalah Maha
Penyayang di antara para penyayang".
Pergilah kamu dengan membawa baju kemejaku ini, lalu lekatkanlah
ia ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali, dan bawalah keluargamu
semuanya kepadaku".
Tatkala kafilah itu telah keluar {dari negeri Mesir} berkata ayah
mereka: " Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf sekiranya kamu tidak
menuduhku lemah akal {tentu kamu membenarkan aku}".
Keluarganya berkata: "Demi Allah kamu sesungguhnya masih
dalam kekeliruanmu yang dahulu".
Tatkala telah tiba pembawa berita gembira itu, maka diletakkannya
baju itu ke wajah Ya'qub, lalu kembalilah dia dapat melihat. Berkata Ya'qub:
"Tidakkah aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang
kamu tidak mengetahuinya".
Mereka berkata: "Wahai ayah kami! Mohonkanlah ampun bagi kami
terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah
{berdosa}".
Ya'qub berkata: "Kelak aku akan memohonkan ampun bagimu
kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang".
Maka tatkala mereka masuk ke {tempat } Yusuf, Yusuf merangkul ibu
bapanya dan dia berkata: "Masuklah kamu di negeri Mesir, insya-Allah dalam
keadaan aman".
Dan ia menaikkan kedua ibu bapanya ke atas singahsana. Dan mereka
{semuanya} merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf:
"Wahai ayahku! Inilah takbir mimpiku yang dahulu itu, sesungguhnya Tuhanku
telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat
baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu
dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan {hubungan} antaraku dan
saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".
Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku
sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian takbir mimpi {ya
Tuhanku} Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di
akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan
orang-orang yang soleh."
{ Yusuf : 87 ~ 101 }
Pelajaran yang didapat dari kisah Nabi Yusuf A.S.
Banyak ajaran dan ibrah
yang dapat dipetik dari Kisah Nabi Yusuf yang penuh dengan pengalaman hidup
yang kontriversi itu. Di antaranya ialah :~
Bahwasanya penderitaan
seseorang yang nampaknya merupakan suatu musibah dan bencana, pd hakikatnya
dalam banyak hal bahkan merupakan rahmat dan barakah yang masih terselubung
bagi penderitaannya.Karena selalunya bahwa penderitaan yang di anggapkan itu
suatu musibah adalah menjadi permulaan dari kebahagiaan dan menjadi
kesejahteraan yang tidak diduga semula. Demikianlah apa yang telah dialami oleh
Nabi Yusuf dengan pelemparan dirinya ke dalam sebuah perigi oleh
saudara-saudaranya sendiri, disusuli dengan pemenjaraannya oleh para penguasa
Mesir. Semuanya itu merupakan jalan yang harus ditempuh oleh beliau untuk mencapai
puncak kebesaran dan kemuliaan sebagai nabi serta tngkat hidup yang mewah dan
sejahtera sebagai seorang penguasa dalam sebuah kearajaan yang besar yang
dengan kekuasaannya sebagai wakil raja, dapat menghimpunkan kembali seluruh
anggota keluarganya setelah sekian lama berpisah dan bercerai-berai.
Maka seseorang mukmin
yang percaya kepada takdir, tidak sepatutnya merasa kecewa dan berkecil hati
bila tertimpa sesuatu musibah dalam harta kekayaannya, kesihatan jasmaninya
atau keadaan keluarganya. Ia harus menerima percubaan Allah itu dengan penuh
kesabaran dan tawakkal seraya memohon kepada Yang Maha Kuasa agar melindunginya
dan mengampuni segala dosanya, kalau-kalau musibah yang ditimpakan kepadanya
itu merupakan peringatan dari Allah kepadanya untuk bertaubat.
Dan sebaliknya bila
seseorang mukmin memperoleh nikmat dan kurinia Allah berupa perluasan rezeki,
kesempurnaan kesihatan dan kesejahteraan keluarga, ia tidak sepatutnya
memperlihatkan sukacita dan kegembiraan yang berlebih-lebihan. Ia bahkan harus
bersyukur kepada Allah dengan melipat gandakan amal solehnya sambil menyedarkan
diri bahwa apa yang diperolehnya itu kadang-kadang boleh tercabut kembali bila
Allah menghendakinya. Lihatlah sebagaimana teladan Nabi Yusuf yang telah
kehilangan iman dan tawakkalnya kepada Allah sewaktu berada seorang diri di
dalam perigi mahupun sewaktu merengkok di dalam penjara, demikian pula sewaktu
dia berada dalam suasana kebesarannya sebagai Penguasa Kerajaan Mesir, ia tidak
disilaukan oleh kenikmatan duniawinya dan kekuasaan besar yang berada di
tangannya. Dalam kedua keadaan itu ia tidak melupakan harapan, syukru dan
pujaan kepada Allah dan sedar bahwa dirinya sebagai makhluk yang lemah tidak
berkuasa mempertahankan segala kenikmatan yang diperolehnya atau menghindarkan
diri dari musibah dan penderitaan yang Allah limpahkan kepadanya. Ia
mengembalikan semuanya itu kepada takdir dan kehendak Allah Yang Maha Kuasa.
Nabi Yusuf telah memberi
contoh dan teladan bagi kemurnian jiwanya dan keteguhan hatinya tatkala
menghadapi godaan Zulaikha, isteri ketua Polis Mesir, majikannya. Ia diajak
berbuat maksiat oleh Zulaikha seorang isteri yang masih muda belia, cantik dan
berpengaruh, sedang ia sendiri berada dalam puncak kemudaannya, di mana
biasanya nafsu berahi seseorang masih berada di tingkat puncaknya. Akan tetapi
ia dapat menguasai dirinya dan dapat mengawal nafsu kemudaannya, menolak ajak
isteri yang menjadi majikannya itu, karena ia takut kepada Allah dan tidak mahu
mengkhianati majikannya yang telah berbuat budi kepadanya dirinya dan
memperlakukannya seolah-olah anggota keluarganya sendiri. Sebagai akibat
penolakannnya itu ia rela dipenjarakan demi mempertahankan keluhuran budinya,
keteguhan imannya dan kemurnian jiwanya.
Nabi Yusuf memberi
contoh tentang sifat seorang kesatria yang enggan dikeluarkan dari penjara
sebelum persoalannya dengan Zulaikha dijernihkan. Ia tidak mahu dikeluarkan
dari penjara kerana memperoleh pengampunan dari Raja, tetapi ia ingin
dikeluarkan sebagai orang yang bersih, suci dan tidak berdosa. Karenanya ia
sebelum menerima undangan raja kepadanya untuk datang ke istana, ia menuntut
agar diselidik lebih dahulu tuduhan-tuduhan palsu dan fitnahan-fitnahan yang
dilekatkan orang kepada dirinya dan dijadikannya alasan untuk memenjarakannya.
Terpaksalah raja Mesir yang memerlukan Yusuf sebagai penasihatnya,
memerintahkan pengusutan kembali peristiwa Yusuf dengan Zulaikha yang akhirnya
dengan terungkapnya kejadian yang sebenar, di mana mereka bersalah dan memfitnah
mengakui bahawa Yusuf adalah seorang yang bersih suci dan tidak berdosa dan
bahwa apa yang dituduhkan kepadanya itu adalah palsu belaka.
Suatu sifat utama
pembawaan jiwa besar Nabi Yusuf menonjol tatkala ia menerima saudara-saudaranya
yang datang ke Mesir untuk memperolehi hak pembelian gandum dari gudang
pemerintah karajaan Mesir. Nabi Yusuf pada masa itu, kalau ia mahu ia dapat
melakukan pembalasan terhadap saudara-saudaranya yang telah melemparkannya ke
dalam sebuah perigi dan memisahkannya dari ayahnya yang sangat dicintai. Namun
sebaliknya ia bahkan menerima mereka dengan ramah-tamah dan melayani keperluan
mereka dengan penuh kasih sayang, seolah-olah tidak pernah terjadi apa yang
telah dialami akibat tindakan saudara-saudaranya yang kejam dan tidak
berperikemanusiaan. Demikianlah Nabi Yusuf dengan jiwa besarnya telah melupakan
semua penderitaan pahit yang telah dialaminya akibat tindakan
saudara-saudaranya itu dengan memberi pengampunan kepada mereka, padahal ia
berada dalam keadaan yang memungkinkannya melakukan pembalasan yang setimpal.
Dan pengampunan yang demikian itulah yang akan berkesan kepada orang yang
diampuni dan yang telah dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam beberapa ayat
Al-Quran dan beberapa hadis nabawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar