Rabu, 26 Maret 2014

Review : Need For Speed (2014)


DATA FILM


Judul Film: Need For Speed (2014)
Genre: Aksi, Racing
Sutradara: Scott Waugh
Produser: John Gatins, Patrick O'Brien, Mark Sourian, Shane Black
Produksi: Walt Disney Studios, Motion Pictures
Bahasa: Inggris
Durasi: 130 menit

PEMERAN UTAMA

  • Aaron Paul sebagai Tobey Marshall
  • Dominic Cooper sebagai Dino Alonzo
  • Scott Mescudi sebagai Benny

PEMERAN PENDUKUNG

  • Imogen Poots sebagai Julia Bonet
  • Ramon Rodriguez sebagai Joe
  • Rami Malek sebagai Finn
  • Michael Keaton sebagai Monarch
  • Harrison Gilbertson sebagai Pete
  • Dakota Johnson sebagai Anita


SINOPSIS


Need For Speed adalah film aksi Amerika tahun 2014, yang disutradarai oleh Scott Waugh, ditulis oleh George Gatins dan John Gatins. Diproduksi oleh DreamWorks Pictures, ini merupakan adaptasi dari serial populer video game Need for Speed oleh Electronic Arts. Film ini dibintangi Aaron Paul sebagai pemeran utama dan dijadwalkan untuk rilis melalui Touchstone Pictures milik Disney, secara serentak untuk perilisan asia pada 13 Maret 2014 dalam format 2D dan 3D.
Aaron Paul adalah yang terpilih untuk memerankan peran utama. Paul berperan sebagai Tobey Marshall yaitu seorang sopir yang memiliki garasi yang ber-upgrade mobil balap. Cerita pada film ini berfokus pada driver mobil balap bawah tanah (Paul) yang memiliki dan mengoperasikan sebuah garasi untuk memodifikasi mobil mahal. Kesalahan telah membuat dia dihukum tetapi dia baru dibebaskan dari penjara, dan dia keluar juga untuk membalas dendam pada siapa pun yang telah menjebaknya dan yang membunuh teman baiknya. Imogen Poots diarahkan sebagai dealer mobil eksotis cerdas yang menghubungkan orang kaya dengan supercar high-end. Dominic Cooper bermain sebagai Dino yaitu seorang pengusaha dalam dunia upgrade mobil. Kid Cudi, Ramón Rodríguez , Rami Malek dan Harrison Gilbertson juga bermain dalam film ini. Michael Keaton berperan sebagai tuan rumah tertutup dan eksentrik dari "underground" supercar race di mana dia mengundang pembalap terbaik dari seluruh dunia. Dakota Johnson (Anita) memerankan film ini. Film ini dimulai di Macon, Georgia pada pertengahan April, dan lokasi syuting lainnya termasuk Jalan Atlanta di Braselton, Georgia pada tanggal 12 Mei 2013, jembatan 13th Street di Columbus, Georgia dan Campus Martius di Detroit, Michigan.

REVIEW


Sudah sedekade lebih lamanya, dan sejauh ini keliatannya belum ada tanda-tanda kehadiran kekuatan lain yang sepertinya mampu menahan laju franchise kebut-kebutan Fast & Furios-nya Universal Pictures yang sejak kemunculan perdananya 2001 lalu seperti tidak pernah melambatkan lajunya. Dan tahta yang sudah terlalu lama diduduki oleh Dominic Toretto dan kawan-kawan itu bisa saja bergoyang ketika Touchtone Pictures bersama dukungan Disney dan DreamWorks merilis salah satu jagoan legendaris milik Electronic Arts (EA), the one and the only: Need For Speed.
Berbekal nama besar  franchise video game balap tersukses sepanjang masa dengan rekor 140 juta kopi terjual sampai seri terakhirnya NFS: Rivals, (itu belum termasuk yang diperoleh secara ilegal), Need For Speed sudah punya modal lebih dari cukup untuk bisa menarik perhatian penontonnya, baik mereka pecinta film aksi balap-balapan dan tentu saja, fans video game-nya yang sudah tumbuh meraksasa sejak ia dirilis ke platform PC dan Playstation generasi pertama 1994 lalu. Tetapi seperti dua sisi dari satu koin yang sama, di satu sisi ia punya modal yang bagus, apalagi sumbernya dari permainan elektronik populer para kaum adam, namun di sini lain, seperti yang kita tahu, adaptasi video game ke film itu seperti kutukan mengerikan, yang hasilnya seperti lebih banyak dibayangi kegagalan dan kekecewaan ketimbang kesukesesan dan kepuasan. Jadi apakah Need For Speed bisa menghidari kutukan abadi itu? Jawabannya, bisa tidak, bisa iya.


Satu yang saya suka ketika bermain Need For Speed adalah ia adalah game balap arcede sejati, cepat dan tanpa basa-basi, dalam artian, kamu tidak perlu dipusingkan dengan segala tetek bengek, dari kerumitan kontrol, manual sampai  hal-hal yang dibuat kelewat realistis seperti yang ditawarkan koleganya sesama franchise game balap, Grand Turismo. Bahkan sejak ia mengalami proses upgrade gameplay besar-besaran sejak seri Underground di 2003 bersama segala fitur modifikasinya, franchise ini tetap keren. Lalu bagian terbaiknya yang juga mencari ciri khasnya adalah ketika kehadiran polisi rese di antara mobilmu dan rival-rivalmu, ya, itu sangat seru dan menegangkan, tanpa sadar sudah membuat controller-mu basah karena keringat di saat menghidari agar tidak sampai tertangkap sekaligus juga bisa memenangkan balapan.

Dan apa yang saya suka dari versi live action garapan sutradara Act of Valor, Scott Waugh adalah ia tahu bagaimana memindahkan setiap elemen terbaik dari game-nya ke versi live action-nya dengan editing cepat, scoring enerjik, stunt-stunt berbahaya minim CGI yang semuanya dibalut dalam pengunaan sudut-sudut kamera dinamis yang menghasilkan rentetan sekuens spektakuler. Jadi buat para gamer veterannya, khusus buat segmen aksi race-nya, versi layar lebar Need For Speed akan memuaskanmu. Semua kesenangan dan kegilaan yang pernah kamu lihat di game-nya ada di sini, dari kemunculan mobil-mobil keren, kencang nan mahal macam yang akan membuat pecinta supercar orgasme -Ford Shelby GT500, Mclaren p1,  sampai Lamborghini Sesto Elemento- balapan malam hari dengan rute urban, menerobos lampu merah dengan kecepatan 250 km/jam sampai puncaknya, ajang underground race, Deleon di pegunungan San Fransisco yang sempit dan curam, serta tentu saja, tidak ketinggalan, momen kucing-kucingan dengan para pihak berwajib yang seru.


Dan seperti kebanyakan penyakit adaptasi game, naskahnya lagi-lagi dianaktirikan. Premis versi layar lebarnya tentu saja sederhana dan cheesy, seperti kebanyakan film-film balap, ia juga tidak akan pergi jauh-jauh dari yang namanya adu cepat dengan monster beroda empat meskipun di dalamnya screenwriter Ocean’s Twelve dan Adjusment Bureau, George Gatins memasukan dendam pribadi dari karakter utamanya, Tobey Marshall (Aaron Paul), mekanik sekaligus pembalap berbakat yang dijebak rivalnya, Dino Brewster (Dominic Cooper) melalui balapan yang berujung maut.
Ya, premisnya simpel dan klise, bahkan kita akan bisa mencium endingnya dari bekilo-kilomenter jauhnya. Tetapi bukan itu masalah besar Need For Speed, toh, ini adalah jenis film yang memang mengharuskan kita untuk menutup sebelah mata buat plotnya. Bagian terlemahnya adalah casting, satu-satunya yang membedakannya dengan wara laba Fast & Furious yang punya jajaran pemain memesona. Kharisma Aaron Paul yang sok cool dengan suara berat yang dibuat-buat bersama dukungan kru-nya yang tidak pernah bisa tampil terlalu menonjok jelas bukan tandingan si plontos Vin Diesel, bad boy alami yang punya daya pikat maksimal, apalagi ada Paul Walker di sampingnya. Aaron Paul dari serial televisi Breaking Bad yang wajahnya seperti Josh Lucas kw-2 itu terasa terlalu memaksakan diri untuk terlihat keren, sayang, gagal, dan lebih parahanya, annoying. Beruntung Paul masih punya side kick hebat  dalam diri dara Inggris ekstosis, bintang 28 Day Later, Imogen Poots dengan aksen Inggris kental dan keceriaanya. Lalu ada promotor ajang balapan supercar Deleon gila yang dimainkan bagus oleh Michael Keaton, sedikit banyak sudah memberi kesenangan tersendiri untuk menambal beberapa kelemahannya yang menganggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar